TERBARU

NEWS
Home » » Contoh dan Keteladanan Hafizh al-Qur'an

Contoh dan Keteladanan Hafizh al-Qur'an

Written By Unknown on Tuesday 26 March 2013 | 20:14


Sungguh, betapa banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari kisah orang-orang yang telah mendahului kita dalam merealisasikan impian. Jika Anda akan merealisasikan menghafal al-Qur'an dan menjadi salah satu calon hafizh Quran (penghafal al-Qur'an) ada baiknya Anda menyimak baik-baik contoh keteladanan mereka berikut ini. Semoga bermanfaat:

1. Penghafal 'Jalanan'.

Amru bin Salamah mengisahkan: Suatu kali sekelompok orang melewati kami seusai mereka bersama Rasulullah Saw. Kemudian aku dekati mereka untuk menguping sehingga aku hafal beberapa ayat al-Qur'an. Saat itu banyak orang yang menanti-nantikan keislaman mereka pada Fathu Makkah. Ketika Mekkah futuh (takluk) setiap orang datang kepada Rasulullah Saw berkata,"Hai Rasulullah, aku ini adalah utusan Bani Fulan datang kepada Anda membawa kabar tentang keislaman mereka." Ayahku pun bertolak untuk mengislamkan kaumnya. Lalu ia kembali kepada mereka sambil berkata, "Rasulullah Saw bersabda, "Dahulukan orang yang paling banyak hafalannya dari kalian." Aku berkata: Mereka saling pandang. Aku sendiri saat itu berada di antara kerumunan mereka. Tidak satupun aku dapati di tengah-tengah mereka seseorang yang lebih banyak hafalannya selainku. Akhirnya merekapun mendahulukanku, di mana saat itu aku masih beliau." (HR. Ahmad)

Saudaraku...Perhatikanlah tekad anak kecil yang sebenarnya belum saatnya seperti itu (mendapat tempat terhormat). Malah bisa jadi hal yang mustahil menurut hitung-hitungan kita. Kendati demikian ia tidak kemudian menoleransi bahwa semua jalan telah terputus. Akan tetapi الحاجة تفتق الحيلة (kebutuhan memutuskan semua akal bulus).

2. Firasat Marakisyi.

Marakisyi pernah menceritakan tentang seorang muridnya yang bernama Imam Nawawi. Katanya: "Aku pernah melihat Nawawi kecil berusia 10 tahun sedang berada di Nawa. Teman-temannya tidak memperbolehkan ia ikut bermain bersama mereka. Lalu, Nawawi kecil berlari meninggalkan mereka sambil menangis dan langsung membaca al-Qur'an."

Marakisyi melanjutkan, "Menyaksikannya aku jadi terharu dan sayang padanya. Ayahnya menempatkannya di sebuah warung. Jual-beli tidak membuatnya lupa dari al-Qur'an. Lalu, aku datangi gurunya sambil menasehatinya. Kukatakan padanya, "Aku berharap anak ini akan menjadi orang paling alim dan zuhud di zamannya dan bermanfaat bagi banyak orang."

Gurunya berkata, "Hei apakah engkau ini ahli nujum (paranormal)?"
Aku menjawab, "Tidak, tapi Allah telah mengajarkan kepadaku tentang hal ini?"

Kemudian gurunya itu menceritakan hal tersebut kepada ayahnya. Lalu, ayahnya berusaha mengajarkannya sampai Nawawi khatam menghafal al-Qur'an. Maka tercapailah impian itu. 

Sesungguhnya faktor terbesar bagi seseorang yang menghafal al-Qur'an adalah kedua orangtuanya. Begitulah, Imam Nawawi hafal al-Qur'an setelah didorong oleh kedua orangtuanya.

Ini disebabkan karena rasa optimisme dan firasat gurunya.

Kalau begitu, apa yang menghalangi kita untuk memberikan pandangan-pandangan yang positif kepada anak-anak kita dan generasi sekarang, serta memotivasi mereka menggapai tujuan dengan rasa huznuzzhan kita?!

3. Orangtua yang Buta.

Simaklah kisah orang tua renta yang tuna netra yang diceritakan oleh syeikh Muhammad Duwais. Katanya, " Aku masih ingat seorang kakek tua yang tuna netra. Tidak ada sehelai rambutpun warna hitam pada janggutnya. Ia mendatangi kami di halaqoh al-Qur'an. Saat itu kami tengah belajar al-Qur'an di usia yang belia. Kakek tua itu menggunakan tongkatnya. Ustad mengajari kami lalu menyuruhku untuk mentalaqqikan kepadanya. Saat itu aku memperlakukannya layaknya pekerjaan anak kecil -meski kami tidak suka- karena menyita waktu. Kakek tua itu menghafal setiap harinya satu halaman penuh. Aku bacakan satu halaman, kemudian ia mengikuti setelahku. Tidak berapa lama dalam hitungan waktu ia hafal dengan sempurna. Begitula seterusnya dari hari ke hari. Suatu hari kami kehilangan dirinya di dalam halaqoh dan ia tidak hadir lagi. Ketika aku bertanya tentang dirinya, ternyata si kakek tua itu telah wafat. Innaalillahi.

Sungguh menakjubkan tekad dan kesungguhan kakek tua ini. Seandainya saja ia mau meminta dispensasi untuk tidak menghafal, tentulah diterima alasannya itu. Bisa saja sebenarnya ia berkata, "Saya ini sudah tua renta. Ingatanku sudah lemah. Dan tidak ada beban hidup bagi setiap orang buta." Atau, "Pantaskah aku menghafal di bawah bimbingan seorang anak kecil yang seusia dengan cucu-cucuku?"

Sungguh, ini adalah spirit yang menggelora dengan cinta ketaatan kepada Allah sehingga membuat gunung-gunung tinggi di hadapannya menjadi kecil. Ia adalah jiwa yang dipenuhi dengan himmah (tekad yang kuat). Tidak ada sedikitpun di depannya sesuatu yang mustahil.

Wallahu A'lam


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

HEADLINE NEWS

SLIDER


 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Lentera Hidayah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger